Sabtu, 18 April 2015

Surat Untuk Ayah (6)

Hai Ayah! Apa kabar? Pasti baik.
Sudah lama sekali rasanya sejak terakhir aku menulis surat untukmu. Sudah berganti tahun sekarang dan aku punya banyak sekali kabar untukmu, Ayah. Aku yakin Ayah sudah tahu.
13 Januari 2015 kemarin anak keduamu ini sudah berhasil melewati 1,5 jam sidang yang pelik untuk dapat lulus dari Fakultas Hukum. Nilai A kupersembahkan untuk Ayah! Kemudian tak lama kabar buruk pun datang. 17 Januari 2015, Bapak pergi menyusul Ayah. Aku kembali kehilangan lelaki yang berarti dalam hidupku. Namun, sedihku tentu tidak ada apa-apanya dibanding Mamah yang kehilangan Ayah dan Bapak dalam waktu berdekatan. Semoga kalian bertemu dan berbahagia di sana ya, kami di sini selalu mendoakan kalian. Kemudian 7 Februari 2015 aku mewujudkan mimpi Ayah. Aku wisuda dan memperoleh gelar Sarjana Hukum, sama dengan Ayah. Ayah bisa lihat fotonya disini, kita sama!







Maaf Ayah, aku tidak langsung mencari kerja. Aku beristirahat dan pergi liburan ke Bali. Ayah ingat kan aku sudah minta izin ke Bali saat membeli tiketnya dan Ayah mengizinkan, aku pergi dengan uang beasiswa. Saat di Bali aku mendapat panggilan untuk tes di kantor pengacara yang lumayan besar, tapi Mamah berkata aku butuh liburan setelah melewati tahun 2014 yang berat.


Sampai saat ini Ayah, aku belum melamar kerja ke perusahaan, aku baru melayangkan surat lamaranku ke beberapa kantor pengacara. Sudah sekitar 5 kantor yang memanggil untuk tes dan beberapa aku lolos untuk tahapan selanjutnya. Doakan aku dari sana ya Ayah. Mencari kerja sesusah ini, jatuh bangun sampai sakit. Berdesakan di bus, dan masih harus menghadang angkutan umum. Betapa salutnya aku membayangkan bagaimana sulitnya Ayah dari pertama bekerja sebagai lulusan SMP hingga S1 dengan jabatan tinggi. Masalah datang silih berganti ke keluarga kita, kata orang itu hal biasa ketika ditinggal oleh kepala keluarga. Semoga ini tidak bertahan lama dan segera selesai. Dimanapun Ayah berada, doakan aku, doakan kami, doakan aku bisa mengubah keadaan dan doakan aku bisa seperti Ayah.


Oh iya Ayah! Akhir-akhir ini air mataku sering menetes tanpa sengaja. Pikiranku dipenuhi wajah Ayah. Mungkin aku rindu, Ayah pergi sudah 7 bulan, tepat tanggal 18 ini. Rasanya saat ini ingin sekali bercanda dengan Ayah rebahan di kasur. Karena dulu, sejauh-jauhnya dan selama-lamanya Ayah dinas, tak pernah sampai 7 bulan lamanya. Suratku sampai sini dulu ya Ayah, kalau Ayah baca, main-main ke mimpi aku ya hehe.


Cinere, 18 April 2015.
Berkaca-kaca.