Selasa, 16 Oktober 2012

Perbedaan Itu (katanya) Indah



Perbedaan itu indah, itulah yang terucap dari dua orang manusia yang sedang jatuh cinta ketika ditanyai "eh kok cowok lo ganteng banget lo nya pas-pasan sih ?" "eh cewek lo pinter tuh, lo malah gak lulus-lulus" "cewek lo kok lebih tinggi dari lo ?" "kok lo gak punya cowok ?" oke, yang terakhir bukan. itu buat gue.

Perbedaan yang menyatukan kita kurang pas rasanya ketika perbedaan itu menjadi "kamu jangan lupa ke gereja ya" "iya kamu juga sholat dulu gih" . Ya, perbedaan agama. Beda keyakinan, keyakinan dalam menyembah Tuhan. Namun ketika hati berkata sayang, semua tergantung pada individu yang menjalani. Percaya ama gue, sulit rasanya jalanin perbedaan yang satu ini. Kalau masih pacaran sih gak keliatan emang, paling inget-ingetan jadwal ibadah udah luar biasa romantisnya "aku sholat dulu ya" "iya sayang, jangan lupa berdoa supaya Tuhan merestui hubungan kita" . Tapi coba deh kalau udah sampe ke tahap serius, dan lo susah lepas dari dia. Lo akan dihadapkan dengan keadaan dilematis yang menyebabkan lo showeran sambil nyanyi 'Tuhan memang satu ~ kita yang tak samaaa ~'. Syukur-syukur pasangan lo mau ikutin keyakinan lo, tapi gak semudah itu. Keyakinan bukanlah masalah sepele, setiap orang punya satu kesetiaan terhadap apa yang diyakininya seperti agama, dan bukan hal yang dibenarkan lo pindah agama demi pasangan, bukan demi Tuhan lo.

Gue inget film indie yang berjudul Cin(T)a , disitu di cowok yang beretnis cina dan bernama Cina berencana mengikuti keyakinan si cewek yang bernama Annisa, si Annisa bilang "Tuhan kamu aja mau kamu khianati, gimana aku bisa yakin kamu gak akan khianati aku" kurang lebih sih gitu. Dalam ranah hukum pun terbilang ribet pernikahan beda agama, karena di UU No 1 tahun 1974 juga gak dianjurkan perkawinan beda agama. Pernikahan dilakukan di kantor catatan sipil. Banyak sih emang artis yang menikah beda agama, ada yang fine, ada juga yang pisah. Memang ini bicara cinta yang notabene agak sulit pake logika. Tapi yang lagi lo rasain adalah cinta kepada manusia dimana derajatnya (harusnya) lebih rendah daripada cinta ke Tuhan lo, yang menciptakan lo. Lo akan dihadapkan pada keadaan 'haruskah mengkhianati Tuhan' oke ini lebay, tapi dalam mindset gue, pendapat gue, selama masih ada yang satu keyakinan, hindari deh nyebrang-nyebrang gitu. Oke, yang namanya suka, sayang, cinta emang gak bisa lo hindari, cuman semua itu diri lo sendiri yang kendaliin, gak ada manusia yang kalah ama perasaannya sendiri kecuali dia membiarkan dirinya dikalahkan nafsunya. Ketika di awal rasa itu dateng, haruskah dibiarkan dulu hingga akhirnya memuncak dan menyakiti hati padahal di awal mengerti bahwa ada perbedaan serius ? Ya ini sih cuman pendapat gue aja. Berdasarkan pengalaman orang-orang di sekitar gue yang terjebak hubungan 'peri cintaku' mereka berakhir dengan sakit hati karena masing-masing memegang teguh keyakinannya, ya memang begitulah seharusnya. Untuk apa sih membangun hubungan yang dari awalnya kita sudah tau endingnya akan sulit digapai ? Silakan aja kalau emang cuman buat have fun, tapi gak menutup kemungkinan hubungan yang niatnya have fun itu jadi cinta mati kan ? Kesimpulannya, lebih banyak ribetnya kan daripada senengnya ketika lo memutuskan memilih pasangan lo dengan perbedaan yang kelewat indah itu.

Gue bukan gak setuju, bukan juga setuju. Hanya mencoba menjadi jomblo yang kritis romantis demokratis pesimis dalam memilih pasangan. Ada kok yang sewaktu pacaran berbeda keyakinan, lalu bersatu dalam satu keyakinan dalam pernikahan. Mungkin aja pasangan lo bisa meyakinkan lo dan lo berpikir ulang, karena manusia diberi akal untuk berpikir. Tuhan membekali kita akal pikiran untuk berpikir. Jadi akhirnya kita menganut suatu keyakinan bukan karena orang tua kita, karena kita anaknya maka mengikuti orang tua, tapi karena kita dapat berpikir bahwa memang suatu keyakinan itulah yang benar menurut akal pikiran kita. In short, gue mau bilang, hati-hatilah kita dalam memilih pasangan, pasang filter yang bener. Remember guys, kita bukan cuman dikasih perasaan, tapi juga akal pikiran. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar