Sabtu, 20 Juni 2015

Surat Untuk Ayah (8)

Assalamualaikum, Ayah! Selamat malam, Ayah.
Ngomong-ngomong hari ini sudah hari ke-3 di bulan Ramadhan tahun ini, Ramadhan pertamaku tanpa Ayah. Ayah pasti senang di sana, karena semua makhluk tak terkecuali sangat menantikan bulan suci ini. 

Ramadhan tahun ini selain tanpa Ayah, juga merupakan Ramadhan pertamaku sebagai pekerja. Ayah sudah tahu kan aku bekerja di sebuah law firm ternama ibu kota? Jadi, mungkin ini yang membuat hari-hari pertama Ramadhanku terasa tidak karuan dan nafsu makanku menurun drastis. Aku merindukan Ayah, merindukan rumah, dan merindukan sahur bersama di rumah. Tentu saja aku sangat rindu tahun-tahun sebelumnya saat aku pulang merantau dari kuliah dan Ayah pulang merantau dari kantor di ibu kota, kemudian kita berkumpul di rumah untuk sahur bersama dengan canda tawa yang selalu berulang namun tetap menghibur. Bahkan dulu kita pernah mudik bersama menggunakan travel karena kita kehabisan tiket kereta di ibukota, ingat kan Ayah?
Tahun lalu, kita masih sahur bersama. Aku merelakan diriku setiap akhir pekan berangkat merantau kuliah kemudian langsung kembali pulang ke rumah pada hari itu juga, menempuh 4,5 jam perjalanan naik kereta untuk berpuasa di rumah bersama Ayah. 

Tapi tahun ini sungguh sangat berbeda Ayah. Aku jauh dari rumah, dan sehabis subuh aku harus bersiap diri untuk kemudian pergi ke halte busway dan menempuh sekitar 18 KM agar sampai ke kantor tepat waktu. Waktu berbuka pun aku berada di kantor, kemudian berkemas pulang tanpa bisa sholat taraweh di masjid karena perjalanan untuk sampai ke rumah minimal butuh 1,5 jam. Tubuh ringkihku ini selalu menuntut waktu istirahat lebih namun rasanya sulit untuk dipenuhi.

Apa boleh aku berkata bahwa tahun ini adalah Ramadhan paling berat yang pernah aku jalani selama ini?
Karena Ramadhan tanpa bersama keluarga dan tanpamu Ayah, rasanya semakin berat. Banyak sekali ketakutanku akan pekerjaan yang tidak bisa aku bagi denganmu sekarang, tidak seperti sebelumnya dimana selalu ada saran dan motivasi darimu. Entah kenapa bagiku saat ini adalah saat dimana banyak orang di sekelilingku namun aku merasa sendiri. Lebih tepatnya harus bisa melakukan semuanya sendiri. Aku harus bisa menjadi penggantimu dengan melakukan semua usaha sendiri, dan ternyata tidak semudah itu.
Tetap selalu doakan aku dari sana ya Ayah!

How I missed our old days together, Dad.


Cinere, 20 Juni 2015.
Galau di kantor baru.

Senin, 08 Juni 2015

Surat Untuk Ayah (7)

Selamat malam, Ayah!
Adek mau lapor kalau sekarang sudah dapat pekerjaan loh. Alhamdulillah diterima di law firm besar ibukota, kalau disebut namanya pasti Ayah tahu deh, Mamah saja tahu. Memang bukan cita-citaku jadi pengacara seperti yang Ayah tahu, tapi paling tidak aku ingin menimba ilmu lebih dahulu dan Alhamdulillah kantor ini emberi remunerasi yang cukup besar untuk ukuran baru lulus. Satu alasan lain adalah karena sulit bagiku sekarang ini untuk mendaftar di perusahaan seperti yang Ayah sarankan. Karena untuk lolos medical check up bagiku saat ini mungkin hal yang sulit. 

Ayah ingat kecelakaan yang menimpa adek 5 tahun yang lalu? Iya, kecelakaan yang menyebabkan otak sebelah kanan ini lebam dan di hasil scan terlihat otak kananku dipenuhi bintik hitam banyak. Ternyata selama 5 tahun ini proses penyembuhan itu tidak berjalan dengan baik. Kita mengira semua sudah selesai dan sudah sembuh kan? Yah nyatanya ternyata masih ada gangguan itu dan juga organ tubuh lainnya. Jadi, mana berani menantang medical check up? Hehe. Doakan adek cepat sembuh ya Ayah! Biar bisa kerja hebat seperti Ayah, meskipun sulit rasanya menyamai Ayah yang masuk perusahaan dengan ijazah SMP merintis dari bawah menjadi kasir hingga akhirnya menjadi Sarjana dengan jabatan tinggi di ibukota.

Ngomong-ngomong tinggal hitungan hari memasuki bulan Ramadhan. Tahun ini puasa pertama tanpa Ayah nih pasti sepi nggak ada yang ngomel-ngomel lucu pas sahur. Masih ingat tahun kemarin Ayah sanggup puasa sampai 2 minggu Ramadhan sampai akhirnya Ayah drop dan terpaksa berhenti puasa, tapi salut dalam keadaan tubuh seperti itu Ayah masih kuat puasa. O iya, kemarin waktu pulang ke rumah, aku sempat berkunjung ke rumah Ayah, keadaannya bersih dan wangi. Sepertinya habis ada orang berkunjung. Syukurlah rumah Ayah selalu di kunjungi orang-orang yang menyayangi Ayah selain kami.

Adek kangen Ayah nih, rasanya masih seperti Ayah ada terus di dekat adek. Atau memang benar iya? Hehe. Good Night, Daddy. Sleep tight.



Cinere, 08 Juni 2015
Sembari menjawab konsultasi jual-beli rumah.