Jumat, 18 September 2015

Surat Untuk Ayah (11)

18 September 2015.


Hai, Ayah! Lama kita tak berjumpa, lama pula kita tak saling berbincang. Tepat satu tahun sudah saat terakhir kita berjumpa.


Ayah ingat kan tanggal 9 September kemarin aku berulang tahun yang ke 22? Sebanyak 21 kali Ayah rutin mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku dan sejak tahun ini Ayah absen untuk menyelamatiku. Ucapan Ayah yang ke 21 kemarin masih aku ingat, aku berada di kost dan Ayah meneleponku di pagi hari dengan sapaan yang khas "Hey, selamat ulang tahun ya hehe" nada ucapannya pun masih bisa aku ingat. Setelah itu Mamah memberitahuku bahwa beliau sengaja tidak menyinggung ulang tahunku untuk mengetes apakah Ayah ingat karena hanya sekedar hal ringan seperti sudah makan atau belum saja Ayah sudah lupa. Namun di luar dugaan, pagi hari saat bangun tidur Ayah berkata kepada Mamah "mana handphone aku?" ketika ditanya "buat apa sih cari-cari handphone?" Ayah menjawab "kamu gimana sih Mah hari ini anaknya ulang tahun kok lupa." I know Dad, you'll never ever forget things about me even a small things. I always feel it, even until today. 


Dan akhirnya saat ini tidak terasa hari memilukan dimana kita berjumpa terakhir kali itu sudah berlalu selama setahun. Aku tidak akan pernah lupa sedikitpun saat itu bagaimana Ayah bicara padaku, bagaimana Ayah terakhir menatapku dan bagaimana Ayah pergi dariku. Hari ini aku menulis untukmu dengan segala kerinduan dan harapan untuk bisa bertemu dengan Ayah. Banyak sekali cerita yang ingin aku bagi denganmu, Ayah. Cerita bagaimana saat ini kehidupanku di dunia kerja yang terasa menyeramkan bagi anak ingusan sepertiku.


Bersama surat ini juga aku membawa kabar bahwa kemarin tanggal 15 September, lagi-lagi ayah dari sahabatku menyusulmu, Ayah. Kali ini ayah dari Nitya setelah awal tahun kemarin ayah dari Ade. Entahlah apa yang membuat ini terasa seperti peristiwa yang terkoneksi. Aku bisa membayangkan kalian bertemu disana dan saling membicarakan kami, putri-putri kalian yang berteman sangat dekat.


Jika waktu bisa diulangi, aku ingin kembali ke keadaan saat aku kecil. Dimana Ayah masih bertubuh kuat dan kekar untuk memanjakanku. Atau, sesederhana kembali ke setahun lalu untuk sekedar memandangi wajahmu, Ayah.

Terlepas dari segala masalah, peristiwa, kejadian, hikmah, dan pelajaran yang ada, aku sangat merindukan Ayah. Setidaknya, berkunjunglah di mimpiku malam ini.



With love,
Your daughter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar